PERMAINAN BOLA TERBARU

Telah Lahir di Indonesia Permainan Bola Terbaru Bernama "Slang Sling Ball",
simak selengkapnya di www.slang-sling-ball.blogspot.com

Rabu, 10 November 2010

Stroke Bukan Akhir dari Segalanya

Rizaldy Pinzon - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian yang utama di dunia. Tapi bukan berarti yang terkena stroke bakal tidak selamat. Karena penanganan yang cepat akan membuat stroke bisa diobati.

Stroke adalah gangguan fungsi saraf baik berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara atau penurunan kesadaran yang terjadi secara mendadak akibat gangguan peredaran darah ke otak.

Data dari organisasi stroke dunia (World Stroke Organization) menunjukkan kejadian stroke meningkat tajam di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian menunjukkan pula bahwa angka kematian dan kecacatan juga lebih tinggi di negara berkembang.

Tingginya angka kejadian stroke baru dan kecacatannya di negara berkembang (seperti Indonesia) tidak dapat dilepaskan dari kurangnya pemahaman tentang stroke dan berkembangnya mitos yang salah di masyarakat tentang stroke.

Berikut hal-hal keliru tentang stroke yang yang sering dijumpai pada masyarakat:


1. Stroke hanya terjadi pada usia lanjut
Faktanya: stroke dapat menyerang semua usia.

Kejadian stroke paling sering adalah pada usia di atas 50 tahun, namun stroke dapat menyerang semua usia. Kejadian stroke pada anak pada umumnya disebabkan oleh kelainan komponen darah dan pembuluh darah yang dibawa sejak lahir dan bukan terkait gaya hidup (kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, dan merokok) seperti pada orang dewasa.

2. Stroke lebih sering pada laki-laki
Faktanya: stroke menyerang perempuan dan laki-laki dengan proporsi yang sama.

Sebuah penelitian epidemiologi skala besar oleh Seshadri pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa stroke lebih sering terjadi pada perempuan. Kejadian stroke adalah 1 pada setiap 5 orang perempuan dan 1 pada setiap orang laki-laki.

Angka kejadian stroke meningkat lebih dari 2 kali lipat pada perempuan yang memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Kejadian stroke pada perempuan meningkat tajam pada usia pascamenopause. Hal ini terkait dengan hilangnya efek proteksi pembuluh darah oleh hormon estrogen.

3. Stroke hanya dapat terjadi pada pencderita hipertensi (tekanan darah tinggi)
Faktanya: faktor risiko stroke bersifat multifaktorial.

Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga stroke. Ada pula faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan yaitu: hipertensi, diabetes, merokok, dan kadar kolesterol darah yang tinggi.

Seseorang dapat saja memiliki tekanan darah yang normal, namun memiliki faktor risiko stroke yang lain (diabetes, merokok, dan riwayat keluarga stroke). Pada kasus demikian stroke tetap dapat terjadi. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama, namun bukan merupakan satu-satunya faktor risiko stroke.

4. Stroke tidak dapat dicegah

Faktanya: stroke dapat dicegah.

Pencegahan stroke dimulai dengan mengetahui faktor risiko stroke. Pengendalian faktor risiko stroke yang utama adalah menurunkan tekanan darah, berhenti merokok, menormalkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan berlebih.

Perubahan pola hidup dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, menghindari rokok, berolahraga dan mengurangi stree sangat dianjurkan. Pada kasus-kasus tertentu diperlukan pula intevensi obat-obatan untuk mencapai tekanan darah dan kolesterol darah yang normal.

5. Stroke tidak dapat diobati

Faktanya: stroke dapat diobati.

Pengobatan stroke yang optimal adalah berpacu dengan waktu. Semakin cepat mendapat pertolongan yang memadai, maka semakin besar kemungkinan terhindar dari kematian dan kecacatan akibat stroke. Permasalahan yang muncul adalah kurang dikenalinya gejala stroke.

Batas waktu penanganan stroke yang optimal adalah 3-4,5 jam setelah serangan. Stroke harus dicurigai jika tiba-tiba terjadi kasus mendadak seperti kelumpuhan, kesulitan bicara, wajah perot dan penurunan kesadaran.

Pengobatan stroke yang optimal disesuaikan dengan jenis patologi stroke (stroke sumbatan atau stroke perdarahan), maka pasien stroke seyogyanya ditangani di rumah sakit (RS) dengan fasilitas pencitraan (imaging) yang memadai (minimal CT Scan kepala).

RS yang memadai tersebut harus memberikan pelayanan stroke 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Pasien stroke seharusnya dirawat di sebuah unit stroke yang multi disiplin dengan tenaga kesehatan yang terlatih. Penelitian menunjukkan bahwa pasien stroke yang dirawat di unit stroke memiliki angka kematian dan angka kecacatan yang lebih sedikit.

6. Stroke adalah akhir dari segalanya

Faktanya: stroke bukanlah akhir dari segalanya.

Angka kematian akibat stroke bervariasi antara 20%-30%. Hal ini berarti bahwa ada 70% orang yang selamat dari serangan stroke. Orang yang selamat dari serangan stroke ini dikenal sebagai 'the stroke survivors'. Para stroke survivors ini memiliki derajat kecacatan yang bervariasi, mulai ringan sampai dengan berat.

Penanganan terhadap kecacatan tersebut memerlukan tindakan rehabilitasi yang baik. Penelitian memperlihatkan adanya konsep neuroplastisitas yang memungkinkan perbaikan fungsi saraf sampai dengan 6 bulan pasca serangan stroke. Waktu 6 bulan inilah yang harus dikejar untuk mencapai pemulihan yang optimal. Para stroke survivors ini juga harus terus menerus memperbaiki pola hidup dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk mencegah serangan stroke ulang.

Pemahaman yang baik akan stroke dan faktor risikonya akan menuntun kepada tindakan penatalaksanaan dan pencegahan yang efektif.

Rizaldy Pinzon, dr, MKes, SpS
Stroke Center RS Bethesda Yogyakarta
www.strokebethesda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar